Upaya pemerintah mendorong industrialisasi lewat program hilirisasi terus menunjukkan hasil positif. Hingga akhir kuartal III/2025, total investasi di sektor hilirisasi nasional telah mencapai Rp431,4 triliun, atau sekitar 30,1% dari total realisasi investasi di sepanjang Januari–September 2025 yang tercatat mencapai sebesar Rp1.434,3 triliun.
Data Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, nilai investasi hilirisasi tumbuh 58,1% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Menteri Investasi/Kepala BKPM Rosan Perkasa Roeslani menilai pertumbuhan signifikan ini menegaskan bahwa kebijakan hilirisasi telah menjadi penggerak utama ekonomi nasional.
Rosan menyebut kontribusi investasi hilirisasi terhadap total realisasi investasi nasional akan terus meningkat pada bulan-bulan mendatang. Ia menegaskan bahwa tren positif ini menandakan pergeseran ekonomi Indonesia menuju struktur industri bernilai tambah tinggi.
Dari sisi proyek hilirisasinya, industri mineral masih menjadi tulang punggung utama hilirisasi dengan nilai investasi mencapai Rp291,6 triliun. Porsi terbesar berasal dari proyek pengolahan nikel senilai Rp136,1 triliun, disusul tembaga sebesar Rp61,2 triliun, bauksit sebesar Rp43,2 triliun, besi baja sebesar Rp31 triliun, serta timah sebesar Rp5 triliun. Sektor lainnya termasuk proyek pengolahan mineral nonlogam mencatat nilai sebesar Rp15,1 triliun.
Rosan menekankan bahwa nikel masih menjadi kontributor dominan karena permintaan global terhadap baterai kendaraan listrik dan material energi terbarukan terus meningkat.
Sektor terbesar kedua ditempati perkebunan dan kehutanan dengan total investasi Rp103,3 triliun. Dari jumlah tersebut, investasi terbesar berasal dari hilirisasi kelapa sawit sebesar Rp52,7 triliun, diikuti kayu log sebesar Rp36,6 triliun, karet sebesar Rp9,7 triliun, dan komoditas lainnya seperti pala, kelapa, kakao, serta biofuel sebesar Rp4,3 triliun.
Selanjutnya, sektor minyak dan gas bumi (migas) menempati urutan ketiga dengan total investasi Rp32,6 triliun, yang terdiri atas hilirisasi minyak bumi Rp18,3 triliun dan gas bumi Rp14,3 triliun.
Kemudian yang terakhir, sektor perikanan dan kelautan juga turut berkontribusi sebesar Rp3,9 triliun yang mencakup pengolahan komoditas garam, ikan tuna, cakalang, tongkol, udang, rumput laut, rajungan, hingga tilapia.
Capaian tersebut mempertegas arah pembangunan ekonomi Indonesia yang kini bergerak dari ekspor bahan mentah menuju penciptaan nilai tambah di dalam negeri. Pemerintah optimistis strategi hilirisasi akan menjadi fondasi kuat bagi ketahanan ekonomi nasional sekaligus memperluas lapangan kerja di sektor industri.