PT Astra International Tbk. (ASII) tercatat belum mengoptimalkan penggunaan belanja modal atau capital expenditure (capex) di sepanjang paruh pertama tahun 2025.
Hingga akhir Juni, perseroan baru menyerap Rp 8,8 triliun atau sekitar 33,8% dari total alokasi capex tahun ini yang ditetapkan sebesar Rp 26 triliun.
Wakil Presiden Direktur Astra International, Rudy, menjelaskan sebagian besar dana belanja modal digunakan untuk mendukung lini bisnis kontraktor pertambangan, terutama melalui pembelian alat berat.
Ia menekankan bahwa sektor tersebut masih menjadi salah satu porsi terbesar dalam struktur belanja modal perseroan.
Selain sektor pertambangan, alokasi capex juga menyasar berbagai lini usaha strategis lainnya.
Pada bisnis perkebunan, dana digunakan untuk kegiatan replanting serta pemeliharaan fasilitas mill and port di bawah Astra Agro.
Kemudian di sektor manufaktur, anggaran digunakan untuk pembelian mesin produksi Astra Otoparts.
Sementara di bisnis otomotif, dana digunakan untuk renovasi hingga akuisisi lahan baru dalam rangka ekspansi.
Rudy mengakui bahwa target belanja modal senilai Rp 26 triliun pada awal tahun kemungkinan akan mengalami penyesuaian.
Menurutnya, kondisi bisnis yang masih menantang membuat perseroan perlu bersikap lebih selektif dalam menyalurkan anggaran investasi.
Di luar capex, Astra International juga mencatat realisasi investasi sebesar Rp 3,3 triliun sepanjang semester I/2025. Investasi tersebut terutama diarahkan pada pengembangan aset gudang logistik modern serta ekspansi di sektor kesehatan, yang dinilai memiliki prospek pertumbuhan jangka panjang.
Rudy menambahkan, masih ada sejumlah proyek yang saat ini berada dalam pipeline dan berpotensi terealisasi pada semester II/2025 setelah mencapai tahap finalisasi.
Dari sisi kinerja keuangan, laporan perseroan menunjukkan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp 15,51 triliun pada semester I/2025. Angka ini turun tipis, sekitar 2,15% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 15,85 triliun.
Meski demikian dari sisi pendapatan bersih, Astra berhasil membukukan pertumbuhan sebesar 1,8% secara tahunan, menjadi Rp 162,85 triliun dari yang sebelumnya Rp 159,96 triliun.
Strategi efisiensi dan fokus pada investasi sektor potensial menunjukkan langkah hati-hati Astra International dalam menjaga stabilitas bisnis sekaligus menyiapkan fondasi pertumbuhan jangka panjang di tengah ketidakpastian ekonomi.