PT Hillcon Tbk, salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi sipil dan pertambangan nikel serta batu bara ini mencatatkan kelebihan permintaan (oversubscribed) saham sebanyak 1,3 kali pada masa penawaran awal (bookbuilding) dengan periode penawaran yang berlangsung dari 12 Januari – 3 Februari 2023 lalu.
Dimana masa penawaran awal (bookbuilding) yang telah berlangsung ini merupakan salah satu kegiatan dari rangkaian pelaksanaan penawaran umum saham perdana (Initial Public Offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Kelebihan permintaan saham tersebut didominasi oleh permintaan dari investor jangka panjang dan didorong dari prospek positif pertambangan nikel.
CEO PT Hillcon Tbk. Hersan Qiu menilai bahwa tingginya minat investor institusi pada saham Hillcon menunjukkan bahwa bisnis ini terutama pertambangan nikel merupakan industri dengan prospek pertumbuhan yang sangat cerah.
Pasalnya, potensi pertumbuhan signifikan volume pertambangan ore nikel dalam beberapa tahun ke depan seiring dengan pertumbuhan kapasitas smelter dalam negeri sampai 3 kali lipat dalam 5 tahun mendatang mendorong tingginya permintaan investor institusi.
Dalam IPOnya yang diperkirakan akan berlangsung hari ini, Hillcon berencana menawarkan 442,3 juta lembar saham atau 15 persen dari modal perseroan dengan harga berkisar Rp 1.250 hingga Rp 2.000 per lembar saham.
Sehingga dengan jumlah saham dan harga yang ditawarkan, Calon emiten berkode saham HILL ini berpotensi meraup dana segar dari IPO hingga mencapai Rp884 miliar.
Guna membantu perusahaan dalam proses IPO, Hillcon menunjuk PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia serta PT Sucor Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek dan PT Macquarie Sekuritas Indonesia sebagai penjamin emisi efek IPO HILL.
Seluruh dana hasil IPO yang diperoleh Hillcon, sekitar 55 persen akan digunakan untuk modal kerja anak usaha PT Hillconjaya Sakti (HS) terkait biaya produksi penambangan, termasuk biaya bahan bakar, overhead, dan pemeliharaan seluruh alat-alat.
Sementara sisanya sekitar 45 persen akan digunakan untuk belanja modal yang terdiri atas pembelian alat-alat untuk mendukung kegiatan operasional HS di sektor nikel. Adapun jenis alat yang akan dibeli yaitu berupa alat berat (main fleet dan supporting fleet) beserta sarana penunjang lainnya.
Adapun perkiraan jadwal IPO PT Hillcon Tbk (HILL) adalah sebagai berikut :
– Masa penawaran awal : 12 – 26 Januari 2023
– Perkiraan efektif : 15 Februari 2023
– Perkiraan masa penawaran umum : 17 – 21 Februari 2023
– Perkiraan tanggal penjatahan : 21 Februari 2023
– Perkiraan distribusi saham secara elektronik : 22 Februari 2023
– Perkiraan tanggal pencatatan di Bursa Efek Indonesia : 23 Februari 2023
Dengan adanya IPO, Direktur Hillcon Jaya Angdika menyebut bahwa pihaknya menargetkan pertumbuhan pendapatan tahun ini dapat mencapai 1,5 kali – 2 kali dari tahun sebelumnya dan diharapkan dapat mencetak laba bersih sekitar Rp700 miliar.
Tercatat hingga Desember 2022 lalu, Hillcon berhasil meraih pendapatan sebesar Rp3,2 triliun dengan laba induk sekitar Rp300 miliar.
CEO Hillcon Hersan Qiu menyebut bahwa pihaknya optimistis untuk IPO tahun ini karena akan berfokus pada kontraktor tambang nikel sebagai komoditas yang dinilai unik.
Keunikan posisi sebagai kontraktor tambang nikel dibandingkan kontraktor hasil tambang lainnya adalah naik turunnya harga tidak berpengaruh terhadap kinerja Hillcon sebagai penyedia jasa usaha pertambangan.
Pasalnya berdasarkan pengalaman, pihaknya tetap diminta produksi semaksimal mungkin baik di saat tren harga nikel sedang turun maupun tren harga nikel sedang naik karena pertumbuhan kapasitas smelter nikel di Indonesia yang terus mengalami pertumbuhan sehingga membuat permintaan atas nikel ore juga terus mengalami peningkatan.
Menurutnya, bisnis nikel di indonesia luar biasa efisien sehingga prospek ke depannya sangat cerah, terutama dengan utilisasinya sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik.
Saat ini, Calon emiten yang bergerak di kontraktor tambang nikel dengan kode saham HILL ini telah beroperasi di sejumlah lokasi yaitu di Kalimantan, Sulawesi dan Maluku Utara.
Hal ini memungkinkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya di berbagai lokasi di seluruh wilayah Indonesia dan memberi Hillcon keunggulan kompetitif dalam memenangkan proyek di seluruh negeri.
Sebagai informasi, Indonesia sebagai produsen nikel terbesar dunia diperkirakan memproduksi sekitar 1,2 juta ton nikel pada tahun 2022 atau 37,5% dari produksi global dan merupakan produsen stainless steel terbesar kedua di dunia setelah China.
Indonesia memiliki 22% cadangan terbukti nikel (21 juta ton nickel metal) dan diperkirakan akan tetap menjadi penyumbang terbesar pasokan bijih nikel dan nikel jadi dengan perkiraan pangsa pasar sebesar 38% dari nikel jadi pada tahun 2024 mendatang.