Emiten farmasi BUMN PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) optimistis dapat mencatat pertumbuhan pendapatan di level double digit pada tahun 2024 mendatang.
Direktur Utama Kimia Farma David Utama mengungkapkan bahwa pihaknya yakin memiliki peluang besar untuk terus melanjutkan kinerja positif setelah sebelumnya berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp19,47 miliar pada semester I/2023 atau berbalik positif dari rugi bersih semester I/2022 yang sebesar Rp206,30 miliar.
Mengutip laporan keuangan Kimia Farma per 30 Juni 2023, Kimia Farma membukukan pendapatan sebesar Rp4,95 triliun per semester I/2023. Angka meningkat sebesar 11,78% secara tahunan (yoy) dibandingkan semester I/2022 yang tercatat hanya sebesar Rp4,43 triliun.
Hingga akhir tahun ini atau 2023, KAEF menargetkan pendapatan mencapai sebesar Rp11 triliun dengan total laba bersih sebesar Rp130 miliar.
Selain pendapatan di pertengahan tahun ini, Kimia Farma juga mencatatkan laba bersih sebesar Rp19,47 miliar atau berbalik positif dari rugi bersih semester I/2022 yang tercatat sebesar Rp206,30 miliar.
Kontribusi pendapatan KAEF ditopang oleh peningkatan jasa layanan laboratorium medis dan klinik, serta peningkatan penjualan berbagai produknya.
Dari sisi kategori produk, penjualan obat generik menyumbang pendapatan senilai Rp1,07 triliun atau naik sebesar 25,26% dari capaian pendapatan pada periode waktu yang sama di tahun 2022 lalu yang sebesar Rp858,96 miliar.
Kemudian disusul dengan penjualan produk etikel dan lisensi yang menyumbang pendapatan senilai Rp1,89 triliun atau naik sebesar 13,99% dari capaian pada periode yang sama di tahun 2022 lalu yang tercatat hanya sebesar Rp1,65 triliun.
Selain itu, raihan pendapatan positif ini juga ditopang oleh dana yang diperoleh dari layanan laboratorium medis dan klinik yang mencatat kenaikan sebesar 16,60% menjadi Rp488,16 miliar dibandingkan capaian di tahun sebelumnya yang sebesar Rp418,66 miliar.
Perolehan pendapatan tersebut juga disokong dari penjualan obat over the counter (OTC) dan kosmetika yang tercatat naik sebesar 4,85% menjadi Rp1,06 triliun pada paruh pertama 2023.