Dukungan terhadap rencana pembangunan Giant Sea Wall kembali menguat dari kalangan industri nasional. PT Krakatau Steel Tbk. (KRAS), melalui Direktur Utama Akbar Djohan yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), menegaskan kesiapan perusahaan untuk memasok kebutuhan material baja bagi proyek strategis tersebut.
Akbar menyampaikan bahwa sebagai produsen baja terbesar di Indonesia, Krakatau Steel berkewajiban mendukung proyek-proyek pemerintah, termasuk proyek Giant Sea Wall yang tengah diprioritaskan oleh pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Ia juga menekankan bahwa BUMN harus hadir dalam setiap proyek yang bersifat mandatory dan menjadi bagian dari program strategis nasional.
Sejumlah perusahaan pelat merah lainnya pun telah menunjukkan minat yang sama seperti PT Wijaya Karya Beton Tbk. (WTON) dan PT Semen Indonesia Tbk. (SMGR).
Kedua perusahaan tersebut turut melihat proyek Giant Sea Wall sebagai peluang besar untuk memperluas kontribusi mereka di sektor konstruksi dan bahan bangunan.
Berdasarkan informasi yang dikutip dari beberapa sumber, Sinyal keterlibatan Krakatau Steel dalam proyek yang akan membentang di sepanjang pesisir Pantai Utara (Pantura) Jawa tersebut sebenarnya telah muncul sejak beberapa waktu lalu.
Dalam sebuah forum Hipmi-Danantara Indonesia Business Forum 2025, Akbar menjelaskan bahwa kebutuhan material untuk proyek ini sangat besar, sehingga kolaborasi dengan Semen Indonesia menjadi salah satu langkah penting untuk memastikan kepastian suplai.
Ia menambahkan bahwa perusahaan juga telah melakukan pertemuan dengan Kepala Otorita Badan Pengelola Pantura Jawa, Didit Herdiawan Ashaf, untuk membahas kemungkinan kerja sama lebih jauh.
Sebagai informasi, Rencana pembangunan Giant Sea Wall mendapatkan perhatian serius dari pemerintah pusat.
Presiden Prabowo Subianto sebelumnya menyampaikan bahwa proyek tanggul raksasa sepanjang 535 kilometer itu akan segera dieksekusi. Presiden menilai bahwa hampir 60% pusat industri di Pulau Jawa berada di kawasan pesisir Pantura. Tanpa perlindungan memadai, kawasan tersebut berisiko mengalami gangguan serius yang dapat memengaruhi kinerja ekonomi nasional.
Di sisi lain, Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (IPK), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menuturkan bahwa Giant Sea Wall sangat dibutuhkan untuk melindungi sekitar 50 juta penduduk yang tinggal di wilayah Pantura.
Ia menjelaskan bahwa kawasan tersebut mengalami penurunan muka tanah antara 1 hingga 1,5 sentimeter setiap tahun. Jika tidak segera ditangani, penurunan signifikan seperti yang terjadi di Jakarta Utara dapat terulang di wilayah lain.





































