PT Mitra Investindo Tbk (MITI) menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) senilai Rp25 miliar untuk mempercepat ekspansinya ke bisnis hilirisasi pasir silika.
Ekspansi ini menjadi langkah strategis perseroan dalam memperkuat rantai nilai industri mineral yang kian dibutuhkan berbagai sektor manufaktur.
Mitra Investindo melalui entitas anak PT Nusantara Bina Silika terus mematangkan fondasi usaha.
Salah satu anak usahanya, PT Kendawangan Berkah Kersik, yang telah mengantongi IUP Eksplorasi kini tengah menyelesaikan kegiatan Eksplorasi Tahap I dan bersiap memasuki proses perizinan untuk Eksplorasi Tahap II.
Sedangkan dua entitas lain yakni PT Kendawangan Prima Silika dan PT Danau Buntar Kuarsa saat ini berada dalam proses pemenuhan perizinan Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan (PPKH) Tahap Eksplorasi.
Seluruh proses ini disiapkan sejalan dengan rencana pemerintah mengenai sentralisasi kewenangan perizinan pasir silika yang akan berlaku pada tahun 2026.
Presiden Direktur Mitra Investindo, Andreas Tjahjadi menyampaikan bahwa ketiga entitas tersebut akan mengikuti setiap regulasi yang berlaku serta menyesuaikan diri terhadap arahan kebijakan pemerintah terkait komoditas strategis tersebut.
Sebagai bagian dari rencana besar hilirisasi silika, MITI bersama PT Sumber Sari Rejeki entitas anak Interra Resources Limited Plc. telah mendirikan perusahaan patungan PT Ketapang Prima Resource pada awal Juli 2025.
Menurut Andreas, perusahaan baru ini sedang mempercepat proses perizinan untuk pengembangan kawasan hilirisasi silika terpadu, termasuk pemenuhan persyaratan administrasi, studi teknis, serta penyusunan rencana pembangunan kawasan.
Andreas juga mengungkapkan harapan bahwa kawasan tersebut dapat ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang terintegrasi dengan tiga konsesi tambang milik entitas anak PT Nusantara Bina Silika, sehingga mampu memberikan nilai tambah besar bagi rantai pasok silika nasional.
Sejalan dengan rencana tersebut, MITI telah merealisasikan capex sebesar Rp 3,8 miliar pada 2025, dan mengalokasikan Rp 24 miliar untuk tahun 2026.
Belanja modal tersebut terutama dialokasikan untuk pengadaan tugboat dan landing craft tank (LCT).
Andreas menjelaskan bahwa penambahan armada ini akan memperkuat kemampuan logistik dan transportasi perusahaan, khususnya untuk mendukung operasional penambangan dan distribusi pasir silika di masa mendatang.













































