PT. PP Presisi Tbk, salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi dengan kode saham PPRE ini menargetkan perolehan kontrak baru sebesar Rp 6 triliun sampai Rp 7 triliun dari lini bisnis jasa pertambangan pada tahun ini atau 2023.
Dengan target tersebut, persentase kontribusi kontrak baru dari sektor jasa pertambangan diharapkan dapat melampaui capaian di tahun 2022 lalu yang dimana sektor jasa pertambangan menyumbang sebanyak 55 persen atau senilai Rp 2,90 triliun dari keseluruhan total perolehan nilai kontrak baru.
Direktur Utama PP Presisi I Gede Upeksa Negara menjelaskan bahwa target ini akan didukung oleh momentum pertumbuhan sektor pertambangan Indonesia, serta kebijakan perluasan penghiliran untuk mendukung kebijakan Energi Baru Terbarukan (EBT).
Jumlah yang ditargetkan tersebut setara dengan kenaikan sebesar 20—30 persen dari capaian kontrak baru di sepanjang tahun 2022 lalu yang tercatat mencapai Rp5,24 triliun.
Gede Upeksa optimis perolehan kontrak jasa pertambangan akan terus memperlihatkan kenaikan dari tahun ke tahun sesuai dengan target perseroan.
Guna mencapai target tahun ini, Gede menyebut bahwa pihaknya akan terus fokus pada perolehan kontrak baru di sektor jasa pertambangan nikel sebagai sumber recurring income dengan jangka waktu kontrak yang lebih panjang.
Selain fokus pada perolehan kontrak baru dari sektor pertambangan nikel, perseroan juga berencana merambah ke dalam pertambangan mineral lainnya seperti bauksit dan emas yang dimana rencana ini sebagai upaya untuk perluasan portofolio pertambangan.
Sebagai bagian dari komitmen perseroan pada jasa pertambangan, PPRE saat ini juga memiliki Izin Usaha Jasa Pertambangan (IUJP) yang memberikan kepercayaan dan otoritas kepada PPRE untuk melakukan kegiatan di seluruh spektrum jasa pertambangan.
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Maret 2023, PPRE mencatatkan pendapatan sebesar Rp790,69 miliar pada sepanjang tiga bulan pertama 2023. Realisasi pendapatan ini mengalami penurunan sebesar 4,71 persen secara yoy dari capaian pendapatan di kuartal l/2022 lalu yang tercatat sebesar Rp829,79 miliar.
Adapun rincian pendapatan tersebut berasal dari segmen konstruksi sebesar Rp750,28 miliar atau turun 0,42 persen, sewa sebesar Rp28,03 miliar atau turun 2,63 persen, dan ready mix sebesar Rp12,37 miliar atau turun 73,96 persen.
Turunnya pendapatan PPRE sejalan dengan menurunnya harga pokok pendapatan sebesar 8,75 persen dari yang sebelumnya sebesar Rp722,3 miliar pada kuartal l/2022 kini menjadi Rp659,05 miliar di sepanjang kuartal I/2023.
Menurunnya harga pokok pendapatan ini membuat laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk meningkat sebesar 97,31 persen dari yang sebelumnya sebesar Rp12,87 miliar per kuartal l/2022 naik menjadi Rp25,39 miliar per kuartal I/2023.
Sebagai informasi, PT. PP Presisi Tbk merupakan salah satu perusahaan konstruksi terkemuka di Indonesia yang mampu melayani tujuh jasa konstruksi mulai dari pekerjaan sipil, ready mix, pondasi, pekerjaan bekisting, erector, jasa pertambangan dan penyewaan alat berat secara terintegrasi.
Didirikan pada tahun 2004, Anak usaha dari PT. PP (Persero) Tbk (PTPP) ini berkomitmen untuk melakukan transformasi bisnis dan inovasi secara berkesinambungan demi meningkatkan kapasitas engineering sebagai bagian dari upaya peningkatan nilai pemangku kepentingan.
Dalam proses bisnisnya, PT. PP Presisi Tbk telah memiliki beberapa sertifikasi penting seperti ISO 9001:2015 (Management System), ISO 14001:2007 (Environmental Management System), dan OHSAS 18001:2015 (Occupational Health and Safety).
Berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), PP Presisi resmi mencatatkan sahamnya melalui penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) dengan kode saham PPRE di papan utama Bursa Efek Indonesia pada 24 November 2017.