PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, salah satu perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi dengan kode saham WIKA ini menargetkan penanaman sebanyak 20.000 bibit pohon mangrove di seluruh wilayah Indonesia pada sepanjang tahun ini.
Hal ini disampaikan oleh Direktur Quality, Health, Safety, and Environment (QHSE) WIKA Ayu Widya Kiswari di Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta pada Selasa, 28 Februari 2023.
Sebagai langkah awal, WIKA saat ini kabarnya telah melaksanakan penanaman mangrove pertamanya pada tahun ini dengan menanam sebanyak 6.300 bibit pohon di dua lokasi yakni Taman Wisata Alam Muara Angke Kapuk di Pantai Indah Kapuk (PIK) dan Muara Sungai Cisadane yang digelar pada Selasa, 28 Februari 2023.
Dari sebanyak 6.300 bibit mangrove tersebut, sebanyak 300 bibit diantaranya ditanam di Taman Wisata Alam Muara Angke Kapuk di Pantai Indah Kapuk (PIK) dan sebanyak 6.000 bibit lainnya ditanam di Muara Sungai Cisadane Pesisir Pantai Tangerang.
Kegiatan penanaman mangrove ini merupakan salah satu dari tiga aktivitas fokus Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) HUT ke – 63 yang ditetapkan oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam bidang lingkungan.
Sekaligus sebagai upaya perseroan untuk menyukseskan dekarbonisasi yang telah ditandatangani pada 20 Oktober 2022 lalu oleh seluruh BUMN klaster jasa infrastruktur dan energi di Jatiluhur, Provinsi Jawa Barat.
Ayu Widya menjelaskan bahwa kegiatan penanaman yang dilakukan ini merupakan kegiatan konservasi alam yang selaras dengan Sustainability Development Goals (SDG’s) atau Tujuan Pembangunan Bersama (TPB) Nomor 14 dan 15 mengenai Perubahan Iklim Ekosistem Darat dan Laut.
Bahkan hal ini juga sejalan dengan janji pemerintah dalam Paris Agreement 22 April 2016 dan target Nationally Determined Contribution (NDC) 2030 serta pencapaian Net Zero Emissions (NZE) pada 2060 di Indonesia.
Dalam janji tersebut, pemerintah bertekad untuk melakukan dekarbonisasi yang dimana ini merupakan sebuah proses mengecilkan atau membuat hilang semua emisi karbon dengan tujuan untuk mencapai titik terendah emisi.
Oleh karena itu, Ayu berharap pelaksanaan program ini mampu melahirkan nilai-nilai ekonomi yang dikonversi ke dalam ekonomi hijau (green economy) sehingga memberikan dampak bagi ekosistem lingkungan serta memiliki nilai manfaat untuk masyarakat secara keekonomian.