Sejumlah emiten kelas kakap dan PT PLN dikabarkan tengah menggali potensi pasar bisnis Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dalam negeri.
Hal ini dikarenakan bisnis PLTS dinilai memberikan keuntungan yang besar seiring meningkatnya kebutuhan energi bersih dari matahari dalam beberapa tahun ke depan.
PT PLN memproyeksikan keuntungan yang bisa diraih dari penjualan panel surya atap dapat mencapai Rp 2,6 triliun sampai tahun 2027.
Bisnis penjualan panel surya atap tersebut dijalankan oleh PT PLN Icon Plus yakni anak usaha PT PLN yang menerapkan strategi bundling dan layanan smart green solution di sektor kawasan industri dan perumahan.
Tak hanya PLN, sejumlah emiten swasta saat ini juga membidik keuntungan dari bisnis PLTS.
Ketua Indonesia Center for Renewable Energy Studies (ICRES), Surya Darma menyebut banyak perusahaan besar tersebut seperti PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT. TBS Energi Utama Tbk (TOBA), hingga Sinar Mas.
Adapun perusahaan – perusahaan ini masuk ke bisnis PLTS baik dalam pemasangan maupun pembangunan pabrik.
Emiten raksasa tersebut selalu berupaya mencari peluang bisnis pada sektor yang akan menguntungkan baik secara finansial maupun secara branding image.
Ekspansi bisnis ke sektor hijau semakin ramai sejak Konferensi Perubahan Iklim COP21 di Paris dan COP26 di Glasgow. Pasalnya, Hampir semua negara termasuk Indonesia memiliki komitmen transisi energi untuk mencapai target net zero emission (NZE) pada tahun 2050.
Berkaitan dengan transisi energi, Indonesia sendiri telah memasang target NZE pada tahun 2060. Bahkan, Indonesia juga sudah berkomitmen mengurangi peran pembangkit batubara sesuai Peraturan Presiden (Perpres) No 112 Tahun 2022.
Dalam beleid tersebut, pemerintah akan menghentikan pembangunan pembangkit batubara serta pemensiunan PLTU. Dan sebagai penggantinya, pembangunan pembangkit EBT akan semakin masif.
Menurut Surya, pertimbangan emiten kelas kakap masuk ke sektor PLTS disebabkan oleh adanya potensi penjualan yang gurih. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan kapasitas terpasang pembangkit EBT mencapai 700 Gigawatt (GW) pada 2060 yang sebagian besar kebutuhan itu dipenuhi dari PLTS.