PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) menargetkan pertumbuhan kontrak baru sekitar 5%-10% pada tahun 2024 mendatang.
Target tersebut akan terpengaruh oleh anggaran belanja infrastruktur Indonesia yang juga naik pada tahun 2024.
Direktur Utama Adhi Karya Entus Asnawi Mukhson menyebut bahwa tahun politik atau periode pemilihan umum (Pemilu) 2024 dapat berimbas kepada penurunan omzet kontrak baru.
Meskipun begitu, pernyataan Kementerian Keuangan mengenai naiknya anggaran infrastruktur dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2024 masih memberikan optimisme manajemen ADHI.
Melansir dari laman bisnis.com, ADHI berhasil mengantongi nilai kontrak baru sebesar Rp30,3 triliun sampai dengan Oktober 2023. Jumlah nilai kontrak baru tersebut telah melampaui target yang ditetapkan ADHI di sepanjang tahun ini yakni sebesar Rp27 triliun.
Selain itu, Realisasi kontrak tersebut juga mencerminkan pertumbuhan 58% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp19,1 triliun.
Dalam public expose, Entus tidak menjelaskan detail target nilai kontrak tahun depan secara rinci.
Namun, jika menggunakan asumsi nilai kontrak Oktober 2023 dan target pertumbuhan 5%-10%, maka ADHI berpotensi memperoleh nilai kontrak baru sekitar Rp31,81 triliun hingga Rp33,33 triliun pada tahun 2024.
Secara rinci, kontribusi lini bisnis dari kontrak baru ADHI hingga Oktober 2023 lalu didominasi oleh lini engineering & construction dengan kontribusi sebesar 92%, manufaktur dengan konstribusi sebesar 3% dan sisanya merupakan lini bisnis lain yang digarap perseroan.
Berdasarkan sumber pembiayaannya, kontrak baru tersebut berasal dari pemerintah sebesar 27%, BUMN dan BUMD sebesar 27% dan luar negeri sebesar 13%, sementara swasta dan pihak lainnya menyumbang kontribusi sebesar 33%.
Beberapa kontrak baru yang diraih ADHI hingga Oktober 2023 tersebut antara lain pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas di Tobelo dan Sumbawa, Pabrik PUSRI IIIB Palembang, akses Jalan Jetty Kawasan Industri Terpadu Batang, dan Stadion Utama PON di Sumatera Utara.