PT Adhi Karya (Persero) Tbk, salah satu perusahaan BUMN yang bergerak di bidang konstruksi dengan kode saham ADHI ini berhasil mengantongi kontrak baru sebesar Rp 18,8 triliun hingga Juli 2023.
Realisasi nilai kontrak baru tersebut meningkat sebesar 23% secara tahunan (YoY) dari capaian kontrak baru di periode sama pada tahun 2022 lalu yang tercatat hanya sebesar Rp 15,3 triliun.
Perolehan kontrak baru yang diraih ADHI ini didominasi oleh lini bisnis Engineering & Construction yang menyumbang kontribusi sebesar 92%. Kemudiaan diikuti dengan lini bisnis properti sebesar 3% dan sisanya berasal dari lini bisnis lainnya.
Berdasarkan tipe pekerjaan, perolehan kontrak baru ini terdiri dari proyek Jalan dan Jembatan sebesar 48%, Perkeretaapian sebesar 20%, Gedung sebesar 14% dan Sumber Daya Air sebesar 9% serta proyek Infrastruktur lainnya
Adapun kontrak baru yang diperolehnya tersebut meliputi Proyek perkeretaapian North-South Commuter Railway CP S-03C di Filipina, Water Treatment Plant di Palembang, Pengaman Pantai Cilacap, dan Gedung Biofarma.
Sekretaris Perusahaan Adhi Karya Farid Budiyanto menjelaskan skema pembayaran proyek ADHI sebagian besar melalui progress payment sebesar 90%. Dengan mendapatkan pembayaran yang terjadwal, diharapkan dapat mengoptimalkan arus kas Perusahaan.
Sebagai informasi, Adhi Karya adalah sebuah perusahaan Indonesia yang bergerak dalam jasa konstruksi, pembangunan infrastruktur, properti, real estate dan EPC (engineering, procurement & construction).
Proyek-proyek infrastruktur garapannya mencakup jalan, jembatan, saluran irigasi, pembangkit listrik dan pelabuhan. sementara proyek-proyek konstruksi bangunannya mencakup gedung pencakar langit, hotel, rumah sakit dan sekolah.
Pada tahun ini, Adhi Karya mengincar perolehan nilai kontrak baru sebesar Rp 27 triliun atau naik sekitar 15%–20% secara tahunan.
Dari sisi laporan keuangan perusahaan, ADHI membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 6,35 triliun di semester I-2023. Angka tersebut naik tipis dibandingkan periode yang sama di 2022 lalu yang tercatat hanya sebesar Rp 6,32 triliun.
Adapun kenaikan pendapatan tersebut diikuti dengan pertumbuhan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk hingga mencapai Rp 12,41 miliar atau naik sebesar 21,3% dibandingkan laba bersih per semester I/2022 lalu yang tercatat hanya sebesar Rp 10,23 miliar.