Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Industropolis Batang di Jawa Tengah resmi mencatat tonggak penting dengan rampungnya fase pertama pembangunan seluas 450 hektare.
Kawasan tersebut kini telah beroperasi penuh dan menjadi salah satu motor penggerak baru bagi pertumbuhan industri dan investasi nasional.
Kepala Divisi Corporate Secretary KEK Industropolis Batang, M. Burhan Murtaki, menyampaikan bahwa hingga pertengahan 2025, kawasan tersebut telah berhasil menyerap investasi sebesar Rp17,95 triliun serta menciptakan 7.500 lapangan kerja.
Pihak pengelola optimis dalam lima tahun ke depan, kawasan ini mampu menarik total investasi hingga Rp75,8 triliun dan membuka 58 ribu lapangan kerja baru.
Burhan menjelaskan, KEK Industropolis Batang merupakan kawasan industri pertama di Jawa Tengah yang dibangun dari greenfield atau kawasan yang dibangun dari nol dengan prinsip integrasi menyeluruh.
Kawasan ini diklaim sebagai kawasan bisnis terintegrasi paling lengkap di Indonesia karena tak hanya menawarkan zona industri dan manufaktur, kawasan ini juga mengintegrasikan infrastruktur logistik, layanan komersial, residensial, hingga fasilitas leisure.
Sebagai KEK pertama yang dibangun dari lahan kosong, Burhan menyebut kawasan ini dikembangkan dengan prinsip integrasi menyeluruh mulai dari infrastruktur, utilitas, konektivitas transportasi, dan sistem perizinan satu pintu.
Kawasan ini menjadi satu – satunya kawasan industri di Indonesia yang terhubung langsung ke seluruh moda transportasi utama.
Pasalnya, Letak KEK Industropolis Batang cukup strategis yaitu berada di KM 371 Tol Trans Jawa dan terkoneksi langsung dengan Jalan Nasional Pantura, pelabuhan, stasiun kereta, hingga bandara.
Dengan konektivitas yang lengkap tersebut, KEK Batang dianggap sebagai kandidat yang kuat untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di jantung Pulau Jawa.
Lebih dari sekadar kawasan industri, Industropolis Batang juga mengintegrasikan elemen komersial dan gaya hidup untuk menciptakan lingkungan yang nyaman bagi para pelaku usaha maupun masyarakat sekitar seperti hotel, apartemen, rumah sakit, SPBU, kawasan pendidikan, lapangan golf bertaraf internasional, hingga pusat belanja premium outlet.
Selain itu, pengelola kawasan juga telah membangun infrastruktur penunjang untuk menciptakan ekosistem industri secara efisien, cepat, dan terintegrasi dari hulu ke hilir.
Infrastruktur tersebut mencakup rumah susun untuk pekerja, gerbang tol khusus, terminal multipurpose oleh Pelindo, jaringan listrik dan gas, dry port milik KAI, backbone teknologi informasi dan komunikasi (ICT), instalasi pengolahan air bersih dan limbah, hingga sistem simpang susun dan pusat kendali (command center).
Kemudian dalam mendukung pembangunan yang inklusif, pengelola kawasan juga mewajibkan investor untuk menyerap minimal 70 persen tenaga kerja lokal.
Untuk itu, pengelola kawasan aktif bekerja sama dengan SMK dan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pelatihan dan program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang berbasis kebutuhan industri.
Hal ini sejalan dengan komitmen pengelola kawasan yang tidak hanya ingin membangun kawasan, tetapi juga membangun kesejahteraan masyarakat Batang.