PT Vale Indonesia Tbk, salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan dan produksi nikel dengan kode saham INCO ini menargetkan produksi nikel dapat mencapai 70.000 metrik ton di sepanjang tahun 2023.
Kembali beroperasinya tungku alias furnace 4 setelah pembangunan ulang selesai pada semester I/2023 menjadi salah satu faktor penopang produksi INCO yang nantinya diharapkan dapat mencapai 90.000 ton.
Meski bukan target di tahun ini, Direktur Keuangan Vale Indonesia Bernardus Irmanto menyebut pihaknya berharap produksi bisa mencapai 90.000 metrik ton dengan beberapa faktor pendukung seperti beroperasinya furnance secara optimal, nickel grade yang tinggi, availability dan utilisasi alat yang optimal.
Di sepanjang sembilan bulan tahun 2023, INCO mencatat produksi nikel matte sebanyak 51.644 metrik ton atau naik sebesar 17,6% secara tahunan (YoY) dari capaian produksi di periode yang sama pada tahun lalu yang tercatat hanya sebanyak 43.907 metrik ton.
Bernardus mengklaim peningkatan produksi INCO ini tidak lepas dari keberhasilan kembalinya Furnace 4 ke performa optimalnya setelah menjalani pembangunan kembali tahun lalu.
Berkat capaian positif tersebut, INCO optimistis untuk mencapai target produksi setahun penuh pada tahun 2023 yang mencapai sekitar 70.000 metrik ton nikel dalam matte.
Sebagai informasi, INCO saat ini telah menganggarkan belanja modal 2023 sebesar US$110 juta atau Rp1,71 triliun untuk memaksimalkan penyelesaian proyek di Pomalaa dan Bahodopi.
Fasilitas tersebut dibangun dengan target produksi 60.000 ton nikel dan 5.000 ton kobalt per tahun dalam bentuk produk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) yang nantinya dapat diolah menjadi baterai kendaraan listrik.
Selain itu, INCO juga akan menggelontorkan sekitar US$110 juta untuk sustaining capital, pengembangan tambang baru dan injeksi ekuitas ke perusahaan patungan.