Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan ada satu perusahaan yang menunda proses penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) pada tahun ini.
Namun sayangnya, identitas calon emiten ini tidak disebutkan secara terbuka oleh otoritas bursa.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menjelaskan bahwa penundaan tersebut dilakukan karena perusahaan terkait memerlukan waktu tambahan untuk menyesuaikan dokumen-dokumen persyaratan.
Selain adanya penundaan proses IPO satu emiten, BEI juga mencatat satu emiten baru yang berhasil melantai tahun ini pada Kamis, 8 Mei 2025. Emiten tersebut yaitu perusahaan di sektor layanan kesehatan, PT Cipta Sarana Medika Tbk. (DKHH).
PT Cipta Sarana Medika Tbk. (DKHH) resmi mencatatkan sahamnya di papan perdagangan BEI.
DKHH menjadi perusahaan ke-14 yang mencatatkan saham atau listing pada 2025, dengan dana IPO yang dikumpulkan mencapai Rp69,96 miliar.
Dengan adanya penundaan dan pencatatan emiten baru tersebut, maka calon emiten di dalam daftar tunggu (pipeline) IPO saat ini tercatat masih menyisakan sebanyak 29 perusahaan.
Nyoman menyebut mayoritas perusahaan ini berasal dari berbagai sektor dengan aset skala menengah hingga besar mulai dari sektor consumer non-cyclicals, lalu disusul oleh sektor keuangan, kesehatan, consumer cyclicals, industri, energi, hingga transportasi dan logistik.
Berdasarkan skala aset, sebanyak 3 perusahaan dalam pipeline tercatat memiliki aset di bawah Rp50 miliar, 17 perusahaan dengan skala aset antara Rp50 miliar hingga Rp250 miliar, dan 10 perusahaan tergolong perusahaan besar dengan aset di atas Rp250 miliar.
Sebagai informasi, BEI mencatat sudah ada 14 perusahaan yang resmi melantai di pasar modal Tanah Air. Dari jumlah tersebut, perolehan dana IPO terbesar diraih PT Bangun Kosambi Sukses Tbk. (CBDK), anak usaha dari PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk. (PANI).
Perusahaan yang terafiliasi dengan konglomerat Sugianto Kusuma alias Aguan tersebut berhasil menghimpun dana IPO sebesar Rp2,3 triliun.