PT Waskita Karya (Persero) Tbk, salah satu perusahaan BUMN Karya yang bergerak di bidang konstruksi dengan kode saham WSKT ini telah berhasil melakukan transformasi digital atau digitalisasi dalam bisnisnya setelah sebelumnya sempat diterpa masalah finansial akibat pandemi. Adapun salah satu manfaat digitalisasi yang sudah dirasakan adalah meningkatnya peluang perusahaan dalam memenangkan tender.
Director of Human Capital Management and System Development, PT Waskita Karya Tbk., Mursyid menyebut perjalanan transformasi digital Waskita sudah dimulai pada tahun 2016 lalu yang dimana kala itu perseroan tengah mengalami pertumbuhan besar-besaran (supergrowth).
Namun pada tahun 2020, perseroan harus menghadapi tantangan luar biasa yang dimana realisasi proyek-proyek yang sudah direncanakan tidak berjalan sesuai harapan. Oleh karena itu, jajaran manajemen Waskita Karya membuat program penyehatan keuangan yang terdiri dari delapan stream.
Dari delapan stream tersebut, salah satu strateginya adalah membuat transformasi bisnis dengan digitalisasi sebagai salah satu pilar transformasi. Waskita yakin menjadikan digitalisasi sebagai salah satu pilar ini dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
Dengan ditetapkannya digitalisasi sebagai salah satu pilar transformasi bisnis Waskita Karya, jumlah aplikasi yang dimanfaatkan perusahaan pun berkembang pesat.
Mursyid pun menjelaskan digitalisasi pada proses bisnis Waskita Karya yang terbagi dalam empat tahap. Salah satunya belum lama ini direalisasikan adalah digitalisasi dalam proses procurement.
Dalam proses procurement, Waskita telah meluncurkan aplikasi e-procurement bernama We-Proc pada 29 September 2022. Setelah sebelumnya diadakan Soft-Golive pada 31 Maret 2022 untuk peluncuran fitur E-Tendering, E-Catalogue dan E-Contract, dengan pengimplementasian yang dilakukan pada bulan Mei-September 2022.
Aplikasi Waskita E-Procurement (We-Proc) adalah sebuah aplikasi pengadaan yang mewadahi Buyer (Waskita) dan Rekanan untuk melakukan pengadaan secara digital.
Dengan adanya aplikasi We-Proc, proses procurement kini bisa dilakukan secara tersentralisasi. Adapun manfaat yang diraih adalah skala dan harga relatif jauh lebih kompetitif dan compliance yang lebih baik dari sebelumnya.
Selain procurement, adapun tiga proses bisnis lainnya yakni bidding/marketing, engineering, dan construction.
Di proses bidding/marketing, Mursyid menyebut pihaknya memiliki winning war room dengan memanfaatkan aplikasi bernama Welcom yang memuat seluruh data tentang pasar, tender yang diikuti, dan status tender.
Melalui winning war room ini, tim marketing dapat berkolaborasi dengan divisi-divisi lain yang terkait proses tender untuk menyiapkan strateginya dalam memenangkan tender. Bahkan yang lebih menarik lagi dengan adanya winning war room ini, ada data yang dapat dievaluasi dan dipelajari ketika perusahaan tidak berhasil memenangkan tender.
Kemudian di proses engineering, Waskita Karya memanfaatkan virtual desktop infrastructure (VDI). Dengan memanfaatkan VDI, perusahaan tidak perlu lagi menyediakan perangkat keras dengan spesifikasi tinggi dan harga mahal untuk aktivitas tim engineering.
Pasalnya dengan cloud-based design dan rendering process, tim engineering bisa melakukan tugasnya menggunakan laptop dengan spesifikasi yang lebih rendah.
Dan terakhir di proses construction (konstruksi), Waskita Karya memanfaatkan teknologi Virtual Reality sebagai media koordinasi BIM. Dengan adanya teknologi VR ini, tim engineering dengan keterbatasan sumber daya tidak perlu lagi pergi ke lokasi proyek, cukup menggunakan VR masalah pun dapat di atasi bersama.