PT Sariguna Primatirta Tbk, salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dengan kode saham CLEO ini telah menyiapkan alokasi anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) hingga mencapai Rp300 miliar pada tahun ini.
Anggaran belanja modal tersebut akan digunakan untuk melanjutkan ekspansi pabrik, meningkatkan jaringan distribusi, dan pembelian mesin baru guna mencapai target pertumbuhan penjualan CLEO tahun ini.
Wakil Direktur Sariguna Primatirta Melisa Patricia menyebut bahwa CLEO menargetkan kenaikan penjualan sebesar 30 persen pada tahun ini atau 2023. Kenaikan tersebut nantinya akan ditopang oleh prospek konsumsi yang naik dan ekspansi pabrik serta jaringan distribusi.
Maka dari itu, Emiten produsen air minum dalam kemasan (AMDK) milik konglomerat Hermanto Tanoko ini terlihat masih terus berupaya meningkatkan jaringan distribusi terutama di Sumatra dan wilayah Indonesia bagian timur untuk merambah pasar baru serta mengoptimalkan jaringan distribusi yang sudah ada.
Bahkan saat ini juga dikabarkan tengah membangun pabrik baru di Lampung dan Manado yang diharapkan mulai beroperasi pada tahun 2024 mendatang.
Seperti diketahui, CLEO berencana akan membangun tiga pabrik baru yang berlokasi di Lampung, Manado dan Pekanbaru pada tahun ini.
Adapun pembangunan pabrik baru di wilayah tersebut bertujuan untuk mengurangi biaya transportasi dan diyakini dapat membuat kapasitas produksi naik sebesar 33 persen sehingga menjadi 5,3 miliar liter per tahun.
Melisa menjelaskan bahwa pengembangan jaringan distribusi dan pembangunan pabrik baru merupakan langkah ekspansi CLEO yang saling terkait dan berkesinambungan.
Dengan gencarnya ekspansi ini, Melisa menyebut bahwa pihaknya optimis kinerja tahun ini akan lebih baik dari tahun lalu mengingat pemerintah juga telah mencabut aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada akhir tahun 2022 lalu.
Pasalnya dirinya yakin dengan adanya pencabutan aturan ini, kebutuhan air minum otomatis akan meningkat seiring dengan kembalinya aktivitas masyarakat.
Oleh karena itu, CLEO terus menambah pabrik dan jaringan distribusi untuk lebih mendekatkan diri dengan konsumen di seluruh Indonesia. Apalagi hingga saat ini, mayoritas layanan pemasaran produk CLEO masih berada di pulau Jawa.
Sehingga hal inilah yang membuat CLEO setiap tahunnya selalu membangun pabrik baru dan memperluas jaringan distribusinya di luar pulau Jawa, seperti halnya pembangunan pabrik di Lampung dan Manado yang sedang dikerjakan.
Sebagai informasi, PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO) merupakan perusahaan yang bergerak dalam produksi air minuman di bawah merek Cleo Pure Water.
Perusahaan yang dikenal dengan nama bisnis “Tanobel” ini telah menghasilkan produk-produk dengan kualitas yang terbaik. Adapun produk utamanya seperti Cleo Classic, Cleo Sport, Cleo Ecoshape dan Cleo Oxygenated, serta lainnya.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Sariguna Primatirta Tbk merupakan emiten ke – 5 yang mencatatkan sahamnya pada tahun 2017 lalu dengan kode saham CLEO.
Berdasarkan laporan keuangan terakhir yang dirilisnya, Emiten berkode saham CLEO ini telah menunjukkan kinerja kuangan yang positif pada kuartal III/2022.
Hal ini terlihat dari penjualan CLEO yang tercatat naik sebesar 26,35 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), dari Rp802,94 miliar pada sembilan bulan pertama 2021 menjadi Rp1,01 triliun per September 2022.
Penjualan CLEO tersebut ditopang oleh kenaikan penjualan minuman botol yang tumbuh sebesar 55,28 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari yang sebelumnya Rp320,65 miliar menjadi Rp497,95 miliar.
Kemudian diikuti dengan penjualan minuman bukan botol yang tercatat naik sebesar 8,14 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari Rp463,38 miliar menjadi Rp501,11 miliar.
Seiring dengan naiknya penjualan, beban pokok penjualan produsen air minum merek Cleo ini juga tercatat mengalami kenaikan sebesar 35,84 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp621,04 miliar, dari sebelumnya Rp457,17 miliar.
Adapun kenaikan tersebut terutama disumbang oleh naiknya beban bahan baku yang digunakan dari yang sebelumnya Rp247,48 miliar menjadi Rp340,20 miliar atau naik sebesar 37,46 persen secara tahunan.
Meski demikian, CLEO tetap mampu membukukan kenaikan laba tahun berjalan sebesar 10,50 persen secara yoy dari Rp136,59 miliar menjadi Rp150,94 miliar.