PT Adhi Karya (Persero) Tbk, salah satu perusahaan BUMN konstruksi dengan kode saham ADHI ini mencatatkan kinerja perusahaan yang positif pada tahun 2023.
Hal ini ditandai dengan adanya pertumbuhan nilai kontrak baru hingga mencapai Rp4,3 triliun yang terhitung per Februari 2023. Jumlah nilai kontrak baru yang diraihnya ini meningkat sebesar 35,5 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2022 lalu.
Secretary ADHI Farid Budiyanto menjelaskan bahwa capaian pertumbuhan nilai kontrak baru tersebut menandakan semakin baiknya kinerja perusahaan pada tahun ini.
Adapun perolehan nilai kontrak baru ini didominasi oleh proyek jalan dan jembatan sebesar 64 persen. Kemudiaan diikuti dengan proyek gedung sebesar 16 persen, proyek sumber daya air sebesar 13 persen dan sisanya sebesar 7% berasal dari proyek energi, properti, serta anak usaha.
Dengan adanya perolehan kontrak baru tersebut, Farid berharap kinerja ADHI dapat tumbuh pada tahun ini dengan rincian pertumbuhan kontrak baru sebesar 10 persen sampai 15 persen, pertumbuhan pendapatan sebesar 10 persen sampai 15 persen dan pertumbuhan laba bersih sebesar 20 persen sampai 25 persen.
Selain mengerjar target nilai kontrak baru, ADHI juga masih terus memburu proyek baru untuk mendukung kinerja ADHI pada tahun 2023.
Salah satu proyek yang tendernya berhasil dimenangkan ADHI dan ditargetkan mulai konstruksi pada tahun ini adalah proyek pembangunan Malolos-Clark Railway Project di Filipina senilai Rp5 triliun.
Proyek tersebut dikerjakan oleh ADHI bersama PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) dengan porsi pengerjaan ADHI sebesar 51 persen.
Emiten konstruksi plat merah tersebut meyakini dapat mencetak pertumbuhan kinerja pada tahun ini.
Mengingat sepanjang tahun 2022 lalu, ADHI juga berhasil mencetak kinerja positif dari tahun 2021 yang ditandai dengan kenaikan pendapatan sebesar 18% menjadi Rp 13,5 triliun, kenaikan laba bersih 47% menjadi Rp 81,2 Miliar, penyusutan total liabilitas sebesar 9% dari Rp 34,2 triliun menjadi Rp 31,2 triliun dan pertumbuhan ekuitas sebesar 56% dari Rp 5,7 triliun menjadi Rp 8,8 triliun di tahun 2022.