SoftBank Group Corp, salah satu perusahaan investasi Jepang ini diproyeksikan akan memperoleh keuntungan sebesar US$ 34,1 miliar atau sekitar Rp 501 triliun dari penjualan sahamnya di Alibaba Group Holding Ltd.
Rencana penjualan saham Softbank di Alibaba ini menjadi bagian dari strategi investasi untuk menopang keuangan perusahaan dalam menghadapi penurunan pasar global
Imbas dari penjualan tersebut, Saham Softbank di Alibaba ini pun akan turun menjadi 14,6% dari 23,7% pada akhir Juni setelah penyelesaian fisik kontrak forward prabayar yang berlangsung dari Agustus hingga September.
Kontrak forward prabayar yang diselesaikan sesuai dengan maksimum sekitar 242 juta saham penyimpanan Amerika Alibaba, atau sekitar 9% dari total saham beredar perusahaan China.
Mengutip Bloomberg (10/8), Dewan Softbank menyetujui penyelesaian fisik awal kontrak forward prabayar untuk sekitar 242 juta American Depositary Receipts.
Dengan demikian, SoftBank meraih lampu hijau atas rencananya mengurangi kepemilikan saham atas Alibaba, sebab modal yang dimiliki perusahaan asal Jepang itu sudah turun di bawah ambang batas sebesar 20 persen.
Langkah ini dilakukan lantaran Softbank mencatat investasi pada unit Vision Fund (anak perusahaan) di sektor teknologi memburuk dan mengalami kerugian sebesar US$ 50 miliar pada paruh pertama tahun ini, sehingga menimbulkan kekhawatiran atas stabilitas keuangan di SoftBank.
Penurunan itu membuat Kepala Eksekutif Masayoshi Son berjanji untuk lebih mengurangi aktivitas investasi dan memangkas biaya, salah satunya dengan menyelesaikan kontrak saham Alibaba.
Dengan demikian, SoftBank akan dapat menghilangkan kekhawatiran tentang arus kas keluar di masa depan, dan mengurangi biaya yang terkait dengan kontrak forward prabayar ini.
Adanya kekhawatiran ini mendorong SoftBank untuk mempercepat penjualan aset dan menekankan pengembalian investasi murni. Selain itu, kondisi ini juga tak lepas dari desakan Investor yang telah lama menekan SoftBank untuk menguangkan sahamnya di Alibaba, memonetisasi salah satu taruhan paling menguntungkan dalam sejarah modal ventura.
Perkiraan total keuntungan 4,6 triliun yen (US$ 34,1 miliar) termasuk 2,4 triliun yen dari revaluasi saham di raksasa e-commerce China dan keuntungan derivatif 0,7 triliun yen.
Diketahui, Son membeli Alibaba seharga US$20 juta pada tahun 2000 yang kala itu pertumbuhan perusahaan China menjadi salah satu perusahaan e-commerce terbesar di dunia yang membantu memoles kredensial investor teknologinya.
Meskipun demikian, Alibaba telah kehilangan lebih dari dua pertiga nilainya dari level tertinggi pada akhir 2020 yang disebabkan dengan adanya sikap keras Beijing terhadap sektor teknologi yang mencakup denda besar terhadap Alibaba dan pengawasan kerajaan bisnis pendiri Jack Ma.
Sekilas informasi, Alibaba.com merupakan perusahaan e-commerce yang didirikan Jack Ma dan rekannya pada tahun 1999. Marketplace tersebut adalah bisnis pertama Pria kelahiran 1964 itu. Alibaba telah menjadi salah satu e-commerce raksasa di dunia.
Jumlah pembeli di situs Alibaba.com diklaim sudah menjangkau 190 negara. Penggunanya tidak hanya individu, tapi juga pengecer, produsen, pedagang besar, Usaha Kecil Menengah (UKM) yang bergerak di bisnis ekspor impor, maupun agen perdagangan.