PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri semen dengan kode saham INTP ini mencatatkan peningkatan volume penjualan semen di Kalimantan seiring dengan masifnya pembangunan proyek swasta di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Corporate Secretary INTP Dani Handajani menjelaskan bahwa penjualan semen INTP di Pulau Kalimantan telah mencapai sebanyak 1,1 juta ton di sepanjang tahun 2023 atau meningkat sebesar 13% dibandingkan realisasi penjualan di periode yang sama pada tahun 2022 lalu.
Dani mengungkapkan kenaikan penjualan ini mayoritas didorong oleh penjualan semen untuk pembangunan Ibu Kota Nusantara beserta fasilitas pendukungnya.
Kebutuhan semen di IKN disebut mulai meningkat sejak pembangunan infrastruktur IKN sehingga IKN dinilai dapat menjadi salah satu faktor pendorong kenaikan penjualan semen jika investor terus meningkat.
Apalagi semakin banyak fasilitas pendukung IKN yang saat ini telah memasuki tahap pembangunan seperti gedung-gedung perbankan dan kantor-kantor otoritas.
Dani memproyeksikan permintaan semen yang berasal dari IKN dapat mencapai 1 juta metrik ton per tahun atau sekitar 1,6% dari permintaan domestik tahunan.
Meski begitu, Dani menyebut tak hanya IKN yang dapat mendongkrak kinerja penjualan. Di luar pembangunan IKN, Dani meyakini proyek-proyek infrastruktur besar lainnya seperti pembangunan LRT, MRT, Pelabuhan Patimban tahap 2, jalan tol serta pembangunan kawasan industri baru juga akan mendorong pertumbuhan permintaan semen INTP.
Sebagai informasi, Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) secara keseluruhan telah menjual semen sebanyak 17,5 juta ton di sepanjang tahun 2023 atau naik kurang lebih sebesar 9% dibandingkan dengan pencapaian penjualan semen pada tahun 2022 lalu.
Adapun kenaikan angka penjualan tersebut ditopang oleh keberhasilan strategi INTP yang telah menyewa Pabrik Semen Maros dan melakukan optimalisasi terminal-terminal semen.
Dimana pabrik dan terminal tersebut mendukung pertumbuhan permintaan semen yang mulai bergerak ke luar Pulau Jawa sebagai dampak dari peningkatan infrastruktur dan program hilirisasi pemerintah.