/Merger 13 Perusahaan Sawit, PTPN III Bentuk Sub Holding Palmco dan SupportingCo
Dok. Holding Perkebunan Nusantara
Dok. Holding Perkebunan Nusantara

Merger 13 Perusahaan Sawit, PTPN III Bentuk Sub Holding Palmco dan SupportingCo

Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) secara resmi telah menggabungkan 13 perusahaan di bawah Holding Perkebunan Nusantara menjadi dua Subholding pada Jumat, 1 Desember 2023.

13 perusahaan tersebut terbagi menjadi dua Subholding yakni Subholding PalmCo yang terbentuk melalui penggabungan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V, VI dan XIII ke dalam PTPN IV.

Kemudian Subholding SupportingCo yang terbentuk melalui penggabungan PTPN II, VII, VIII, IX, X, XI, XII, dan XIV ke dalam PTPN I.

Pembentukan Subholding PalmCo dan SupportingCo merupakan implementasi dari Program Strategis Nasional (PSN) yang bertujuan untuk mewujudkan kemandirian, khususnya di bidang ketahanan pangan dan energi.

Hal ini sejalan dengan rencana strategis pemerintah dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) untuk mewujudkan ketahanan pangan dan sekaligus melaksanakan arahan Presiden Joko Widodo tentang hilirisasi dan industrialisasi CPO kelapa sawit serta pemenuhan kebutuhan minyak goreng dalam negeri.

Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan bahwa merger PTPN Group ini juga merupakan salah satu skema yang dijalankan oleh Kementerian BUMN, dimana salah satu tujuannya yaitu untuk efisiensi dan peningkatan berbagai indikator keuangan serta operasional perseroan.

Dalam merger sebuah perusahaan, Tiko menyebut tantangan yang kerap muncul adalah terkait integrasi SDM. Namun, hal tersebut tidak menjadi kendala di PTPN Group karena mendapat dukungan dari serikat pekerja.

Terpenting, dirinya berharap kekompakan ini terus dijaga sehingga tidak akan ada gejolak yang mengganggu kinerja perusahaan, dimana PalmCo akan fokus meningkatkan hilirisasi produk-produk kelapa sawit dan energi seperti biogas, biodiesel sustainable efficient fuel, dan produk lainnya.

Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) Muhammad Abdul Ghani menyampaikan aksi korporasi restrukturisasi pembentukan Subholding PalmCo dan SupportingCo merupakan upaya perusahaan untuk terus tumbuh berkembang dan berkontribusi maksimal.

Integrasi PTPN Group melalui pembentukan PalmCo dan SupportingCo merupakan wujud nyata strategi korporasi untuk menghadapi semakin ketatnya persaingan global.

Pasalnya, Ghani menyebut Integrasi ini dinilai mampu memperkuat posisi perusahaan karena memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif yang didukung dengan pemanfaatan sumber daya lahan, SDM, inovasi teknologi, serta digitalisasi yang unggul.

Adapun Strategi Subholding untuk dapat meraih tujuan besar tersebut di antaranya yaitu dengan memaksimalkan nilai aset landbank untuk mendapatkan nilai tambah, peningkatan margin EBITDA dalam 5 tahun mendatang, peningkatan ESG dan ketahanan pangan, peningkatan ekuitas, hingga peningkatan leadership.

Sebagai salah satu upaya untuk meraih peningkatan ekuitas, Ghani menyebut inisiatif-inisiatif ESG menjadi salah satu indikator penting dalam perlindungan nilai perusahaan.

Oleh karena itu, PTPN Group berkomitmen akan terus berupaya untuk mengimplementasikan prinsip-prinsip keberlanjutan ESG (Environmental, Social and Governance) atau Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola dalam seluruh operasi bisnisnya.

Sebagai informasi, Sub holding PalmCo diharapkan akan menjadi perusahaan sawit terbesar di dunia dari sisi luas lahan yakni dengan lahan mencapai lebih dari 600 ribu hektare pada tahun 2026 mendatang. Dan bahkan, PalmCo juga diharapkan akan menjadi pemain utama industri sawit dunia.

Selain PalmCo, ada pula SupportingCo yang diharapkan akan menjadi Perusahaan Pengelola Aset Perkebunan Unggul dengan kegiatan mencakup pemanfaatan aset perkebunan melalui optimalisasi dan divestasi aset, pengelolaan tanaman perkebunan, diversifikasi usaha lainnya, serta green business yang mampu memberikan nilai tambah bagi perusahaan.

Dengan pembentukan dua Sub Holding tersebut, maka Indonesia kini memiliki perusahaan sawit terbesar di dunia dan perusahaan pengelola aset perkebunan terbesar